Daftar Blog Saya

Jumat, 10 Agustus 2012

BAB III METODE PENELITIAN (my 2nd chapter : Teknik Pengumpulan-Analisis Data Penelitian)


E.     Teknik Pengumpulan Data
a.       Observasi
Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi langsung, dimana penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap upaya pelestarian batik Batang sebagai warisan kekayaan budaya masyarakat Batang beserta faktor-faktor yang berpengaruh terhadapnya dengan melihat instrumen sebagai pedoman pengamatan yang ditunjukkan kepada masyarakat Batang, terutama masyarakat Batang yang mempunyai peranan dalam upaya-upaya pelestarian batik Batang. Pelaksanaan observasi dalam penelitian ini sendiri dilaksanakan pada tanggal 28 Mei sampai dengan 7 Juli 2012.
Penulis dalam melakukan observasi mengandalkan pengamatan dan ingatan, akan tetapi penulis juga menggunakan sarana pendukung untuk mempermudah pengamatan dan ingatan. Sarana pendukung yang penulis gunakan antara lain buku saku untuk mencatat hal-hal penting dan kamera untuk merekam dan mengambil gambar terkait dengan upaya pelestarian batik Batang. Penulis juga menambah persepsi atau pengetahuan tentang upaya pelestarian batik Batang serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadapnya guna mendukung observasi yang dilakukan.
Fokus observasi yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa pokok permasalahan yang dibahas oleh penulis. Bahasan yang menjadi fokus observasi penulis antara lain gambaran umum batik Batang, upaya pelestarian batik Batang sebagai warisan kekayaan budaya masyarakat Batang beserta faktor-faktor yang berpengaruh terhadapnya. Penulis melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian dengan melakukan observasi terkait dengan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan upaya pelestarian batik Batang di Kecamatan Batang, Kabupaten Batang.
Observasi dilakukan dengan cara mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan batik Batang serta mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pelestarian batik Batang. Observasi yang dilakukan sangat bermanfaat bagi penulis karena penulis dapat mengetahui peranan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam upaya pelestarian batik Batang. Data pengamatan yang diperoleh dari hasil observasi menjadi bekal yang lebih dari cukup yang untuk penelitian lebih lanjut secara lebih detail dan mendalam dengan menggunakan tahap selanjutnya yaitu wawancara.
b.      Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur, wawancara tak berstruktur dan wawancara mendalam. Wawancara terstruktur dilakukan untuk memperoleh gambaran identitas dan latar belakang dari sumber data penelitian yang terlibat dalam upaya pelestarian batik Batang. Penulis menggunakan teknik wawancara secara mendalam (indepth interview) dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Alat bantu yang penulis gunakan dalam wawancara yaitu pedoman wawancara. Perangkat yang digunakan dalam pedoman wawancara sebagai alat pengumpul data berupa pertanyaan yang ditujukan kepada para pemilik tempat pembuatan batik Batang yaitu Bapak Kunarudi dan Bapak Abdul Majid, para pekerja di tempat pembuatan batik Batang yang antara lain adalah saudara Tegar Rahmawan, saudara Arifianto, saudara Ahmad Toha dan saudara Hadi Purwanto, pemasar batik Batang yaitu Bapak Burhan, saudara Agus Zaenudin, saudari Dessy Firdha dan saudari Anik serta Bapak Sunardi sebagai Kepala Bidang Seni dan Bahasa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang, Bapak Eman dan Bapak Nazzarudin sebagai pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Batang, serta saudara Priyo Himawan dan saudari Astuti Nur Azizah sebagai warga masyarkat Batang.
Wawancara dengan pemilik tempat pembuatan batik Batang yaitu Bapak Kunarudi dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2012 pukul 13.30. Pemilihan waktu wawancara dengan Bapak Kunarudi disesuaikan dengan waktu luang Bapak Kunarudi agar tidak mengganggu kegiatan sehari-hari beliau dan wawancara bisa dilakukan dengan detail dan mendalam, sehingga data yang diperoleh dari hasil wawancara itu pun bisa lebih menggambarkan keaadaan nyata di lapangan. Pada tanggal 17 Juli 2012  pukul 09.00 dilakukan wawancara dengan Bapak Abdul Majid selaku pemilik tempat pembuatan batik Batang di lokasi yang berbeda dengan tempat pembuatan batik Batang yang dimiliki Bapak Kunarudi. Pemilihan waktu wawancara dengan Bapak Abdul Majid disesuaikan dengan waktu Bapak Abdul Majid sedang tidak sibuk agar penulis dapat melakukan wawancara dalam situasi yang bebas dari tanggungan beban.
Wawancara dengan saudara Tegar Rahmawan yang merupakan seorang pekerja di tempat pembuatana batik Batang dilakukan pada tanggal  18 Juni 2012 pukul 19.00, kemudian pukul 21.15 wawancara dilanjutkan dengan saudara Agus Zaenudin sebagai seorang pemasar batik Batang. Wawancara pada malam hari yang dilaksanakan pukul 19.00 dan pukul 21.15 mengambil pertimbangan karena pada malam tersebut saudara Tegar Rahmawan dan saudara Agus Zaenudin sedang mempunyai waktu luang yang dapat digunakan untuk wawancara. Wawancara dengan para pekerja-pekerja lain di tempat pembuatan batik Batang dilaksanakan pukul 15.00 pada tanggal 23 juni 2012, yaitu dengan saudara Arifianto dan saudara Ahmad Toha ketika keduanya sedang melaksanakan proses penyelesain dalam kegiatan pembuatan batik Batang. Penulis setelah itu melakukan wawancara dengan saudara Bramantya Panji pada tanggal 24 Juli 2012 pada jam 16.00 agar tidak mengganggu kegiatan saudara  Bramantya Panji tersebut.
Tanggal 25 Juni 2012 dilakukan wawancara dengan Bapak Sunardi pada pukul 14.00 di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada saat pak Sunardi sedang tidak sibuk. Bapak Sunardi kemudian memberikan rekomendasi untuk melanjutkan penelitian ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar penelitian yang dilakukan bisa mendapatkan data yang lebih lengkap karena Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Batang juga turut berperan dalam upaya pelestarian batik Batang. Penulis kemudian pada tanggal 26 Juni 2012 melakukan wawancara dengan Bapak Nazzarudin dan Bapak Eman Tri Warsono yang merupakan pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Batang. Wawancara dengan Bapak Nazzarudin dilakukan pukul 13.30, setelah itu wawancara dilanjutkan kepada Bapak Eman Tri Warsono pada pukul 14.30.
Wawancara dengan Bapak Burhan dan saudari Anik dilaksanakan pada tangal 1 Juli 2012. Pukul 13.00 dilakukan wawancara dengan saudara Anik dan pukul 16.00 wawancara dilanjutkan dengan Bapak Burhan. Wawancara dilakukan di pusat usaha batik milik bapak Burhan dan pemilihan waktu wawancara disesuaikan dengan keluangan waktu saudari anik dan Bapak Burhan.
Wawancara dengan saudara Priyo Himawan saudari Astuti Nur Azizah dilaksanakan pada tanggal 7 dan 8 Juli 2012. Wawancara dilaksanakan pada pukul 16.30 ketika saudara Priyo dan dan saudari Astuti agar tidak mengganggu kegiatan mereka sehari-hari. Penulis melakukan wawancara dengan saudara Susanto pada tanggal 11 Juli 2012 di stan batik Batang dalam acara Batang Expo ketika saudara Susanto setelah saudara Susanto menyanggupi untuk diwawancara pada saat itu. Tanggal 12 Juli 2012 dilakukan dwawancara dengan saudari Kharis Eka Pratiwi pada pukul 16.00 pada saat saudari Kharis Eka Pratiwi sedang tidak sibuk. Wawancara dengan suadara Dwi Janar dilaksanakan pada tangal 14 Juli 2012 pada saat saudara Dwi Janar selesai mengikuti acara Parade Seni Budaya Jawa Tengah.
c.       Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini penulis gunakan untuk mendukung kelengkapan data kajian penelitian dengan mengambil atau mengutip dokumen yang berhubungan dengan upaya pelestarian batik Batang. Pengambilan dokumentasi dimulai sejak penulis melakukan observasi penelitian hingga pelaksanaan penelitian itu sendiri. Pengambilan dokumentasi dilakukan diantara tanggal 15 Juni sampai dengan tanggal 14 Juli 2012.
Dokumen foto yang penulis gunakan untuk mendukung penulisan ini yaitu foto pribadi yang penulis hasilkan sendiri pada saat proses observasi dan kegiatan penelitian atau pada saat wawancara berlangsung. Foto dokumentasi yang penulis hasilkan berupa foto batik Batang, kegiatan pembuatan kerajinan batik Batang, model-model pakaian dari kain batik Batang dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan upaya pelestarian batik Batang. Penulis juga menggunakan dokumen foto berupa gambar-gambar batik Batang yang penulis dapatkan dari Dinas Kebudayaan Penulis juga menggunakan dokumen foto berupa gambar-gambar batik Batang yang penulis dapatkan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Batang guna mendukung kelengkapan data penelitian penulis.
F.     Validitas Data
Pelaksanaan uji keabsahan dalam Kajian Fenomenologi mengenai Upaya Pelestarian Batik Batang sebagai Warisan budaya Masyarakat menggunakan metode triangulasi data, yakni membandingkan data hasil pengamatan penelitian dengan data hasil wawancara para pemilik tempat pembuatan batik Batang, pekerja pembuatan batik Batang, pemasar batik Batang, pemerintah Kabupaten Batang serta masyarakat Batang yang turut berperan dalam upaya pelestarian batik Batang. Teknik triangulasi dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber penulis gunakan untuk menguji validitas data dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber yang terkait dengan upaya pelestarian batik Batang. Triangulasi sumber penulis lakukan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan penulis dengan data hasil wawancara dengan para pemilik tempat pembuatan batik Batang, para pengrajin batik Batang, pemasar batik Batang, pemerintah Kabupaten Batang serta masyarakat Batang yang turut berperan dalam upaya pelestarian batik Batang.
Hasil wawancara dengan Bapak Kunarudi sebagai pemilik tempat pembuatan batik Batang di Kelurahan Kauman pada tanggal 15 Juni 2012 pukul 13.30 tentang gambaran umum mengenai batik Batang, diperoleh data bahwa batik Batang merupakan batik keratonan, sedangkan ciri khas dari batik Batang adalah warna sogan ireng-irengan. Data tersebut penulis bandingkan dengan hasil observasi pada tanggal 28 Mei sampai tanggal 7 Juni 2012. Data yang diperoleh dari hasil observasi berbeda dengan hasil wawancara yang telah dilakukan. Data dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa batik Batang dapat digolongkan ke dalam dua jenis kategori, yakni batik keratonan dan batik pesisiran.
Penulis menguji keabsahan data hasil wawancara dengan Bapak Kunarudi dan data hasil observasi dengan melakukan wawancara terhadap Bapak Eman Tri Warsono pada tanggal 26 Juni 2012. Bapak Eman mengungkapkan bahwa batik Batang identik dengan warna sogan ireng-irengan karena awal mula batik Batang memang berasal dari dearah keratonan, akan tetapi batik Batang juga kental dengan unsur batik rifa’iyah yang identik dengan pengaruh pesisiran. Penulis kemudian melakukan perbandingan data hasil wawancara dengan data sekunder dari presentasi materi seminar yang berjudul “Sebuah Upaya Awal Penggalian dan Pengembangan Budaya Batik di Kabupaten Batang” oleh Kwan Hwie Liong (William Kwan HL). Data presentasi materi seminar tersebut menyatakan bahwa ragam gaya batik Batang dapat terbagi ke dalam dua kategori, yakni batik vorstenlanden (batik pedalaman atau batik keratonan) dan batik pesisiran. Batik pesisiran yang berkembang di daerah Batang antara lain batik pesisiran gaya Tionghoa (Cina), batik pesisiran gaya Belanda, batik pesisiran gaya Islam (Rifa’iah) dan batik pesisiran gaya bebas.
Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil triangulasi sumber data yang dilakukan yaitu batik Batang secara umum digolongkan ke dalam dua jenis kategori, yakni Batik Batang Keratonan dan Batik Batang Pesisiran. Batik-batik Batang Jawa biasanya dipengaruhi oleh budaya-budaya Jawa dan Hindu-Budha, sedangkan Batik-batik Batang Pesisiran biasanya lebih dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya China, Belanda dan Rifaiyah.
G.    Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan mengenai gambaran umum batik Batang, upaya pelestarian batik Batang sebagai warisan budaya masyarakat bersama dengan faktor-faktor pendukung dan penghambat, serta solusi yang dilkaukan terhadap faktor penghambat dalam upaya pelestarian batik Batang kemudian diolah sehingga diperoleh keterangan yang bermakna, kemudian selanjutnya dianalisis. Proses analisis komponen utama yang diperhatikan penulis dalam analisis data adalah:
1.      Pengumpulan data  penelitian dilakukan dengan mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan. Pengumpulan data penulis lakukan mulai dari tanggal 5 Juni 2012. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan para pemilik tempat pembuatan batik Batang, pekerja pembuatan batik Batang, pemasar batik Batang, pemerintah Kabupaten Batang serta masyarakat Batang yang turut berperan dalam upaya pelestarian batik Batang. Kelengkapan data penelitian juga penulis peroleh dari dokumen-dokumen, dan foto-foto penelitian yang penuli dapatkan di lapangan.
2.      Penulis melakukan reduksi data untuk menganalisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data tentang upaya pelestarian batik Batang sebagai warisan budaya masyarakat Batang sampai kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi penulis lakukan setelah mendapatkan data hasil wawancara dan data berupa dokumentasi juga yang terkait dengan upaya pelestarian batik Batang sebagai warisan budaya masyarakat Batang. Data hasil wawancara penulis pilah-pilah dan penulis kelompokkan sebelum dianalisis. Penulis menyimpan data yang penting dan dapat mendukung penelitian Kajian Fenomenologi mengenai Upaya Pelestarian Batik Batang sebagai Warisan Budaya Masyarakat Batang, sedangkan untuk data yang kurang mendukung penulis sisihkan agar tidak menggangu proses pembuatan tulisan akhir.
3.      Penyajian data dilakukan setelah penulis melakukan reduksi data yang digunakan sebagai bahan laporan. Hasil reduksi data mengenai upaya pelestarian batik Batang yang telah penulis kelompokkan kemudian disajikan dan diolah serta dianalisis oleh dengan teori fungsionalisme struktural. Data yang terkait dengan upaya pelestarian batik Batang sebagai warisan budaya masyarakat yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang terpilih kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif melalui proses analisis dengan menggunakan teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons yang berisi tentang uraian masalah kajian.
4.      Verifikasi penulis lakukan setelah penyajian data selesai, dan ditarik kesimpulanya berdasarkan hasil penelitian lapangan yang telah dianalisis dengan teori. Verifikasi yang telah dilakukan dan hasilnya diketahui, memungkinkan kembali penulis menyajikan data yang lebih baik. Hasil dari verifikasi tersebut penulis gunakan sebagai data penyajian akhir, karena telah lelaui proses analisis untuk yang kedua kalinya, sehingga kekurangan data pada analisis tahap pertama dapat dilengkapi dengan hasil analisis tahap kedua agar diperoleh data penyajian akhir atau kesimpulan yang baik.
Bagan alur dalam analisis data dapat digambarkan sebagai berikut:


 






Gambar 2. Analisis Data Interaktif dalam Kajian Fenomenologi mengenai Upaya Pelestarian Batik Batang sebagai Warisan Budaya Masyarakat

Ketiga komponen tersebut di atas saling interaktif, artinya saling mempengaruhi dan terkait. Langkah pertama dilakukan penelitian di lapangan dengan mengadakan observasi, wawancara, mengumpulkan dokumen-dokumen yang relevan dan mengambil foto yang dapat merepresentasikan jawaban dari permasalahan yang diangkat. Tahap ini disebut dengan pengumpulan data. Pada tahap ini, data yang dikumpulkan sangat banyak, maka setelah itu dilakukan tahap reduksi data untuk memilah-milah data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. Data tersebut yang kemudian ditampilkan dalam pembahasan karena dianggap penting dan relevan dengan permasalahan penelitian. Setelah tahap reduksi selesai, kemudian dilakukan penyajian data secara rapi dan tersusun sistematis. Setelah ketiga hal tersebut sudah benar-benar terlaksana dengan baik, maka diambil suatu kesimpulan atau verifikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar