Daftar Blog Saya

Senin, 07 Juli 2014

Cah Callcent




















































K-POP POST STRUKTURALISME MICHEL FOUCAULT



by : Muhamad S. Khalali (https://www.facebook.com/muhammad.khalali)




BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
K-Pop merupakan kepanjangan dari kata Korean Pop ("Musik Pop Korea"), adalah jenis musik populer yang berasal dari korea. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada Demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara.
Kesuksesan pop korea mendorong Universal Republic Records untuk mengontrak pop korea untuk merilis albumnya di Amerika. Musik pop Korea telah ada selama beberapa tahun. Tidak hanya di Korea Selatan atau Asia, akan tetapi juga di Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, Amerika, dan Eropa. Keberhasilan ini tidak hanya musik, akan tetapi juga film dan drama televisi. Khususnya di Asia, permintaan akan produk kebudayaan Korea nampaknya akan menjadi saingan bagi produk serupa dari Jepang dan Barat. Pada awalnya, produksi Jepang dan Barat mendominasi bagi tayangan musik, film, dan televisi di Asia sampai munculnya Korean Wave tersebut. keberhasilan K-Pop menunjukkan bahwa Korean Wave masih terus menerus memperluas eksistensinya dan memperoleh pengakuan secara global.
Dalam kaitannya dengan teori post-strukturalisme michael foucault, wacana K-pop yang kian menyebar luas membuat para penggemarnya (K-popers) ini telah terhegemoni. Tanpa sadar masyarakat mereka melakukan suatu hal yang merugikan dirinya demi menarik perhatian idolanya, selain itu mereka juga tanpa sadar mengikuti sugesti dari idolanya padahal sugesti itu merujuk kepada kapitalisme. 

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat sebagai berikut.
                     a.            Bagaimana Teori Post-Strukturalisme Michel Foucault ?
                    b.            Bagaimana analisis Teori Post-Strukturalisme terhadap Perilaku K-Popers?
1.2    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari Makalah Etnografi ini yaitu
                     a.            Mengetahui teori post- Strukturalisme Michel Foucault
                    b.            Mengetahui analisis Teori Post-Strukturalisme terhadap Perilaku K-Popers

 
 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Post-Strukturalisme Michel Foucault
Riwayat Hidup Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang Filosof asal Prancis. Sering diasosiasikan dengan gerakan strukturalis, tetapi Dreyfus dan Rabinow, dua komentator Foucalt, pernah harus merevisi kategori strukturalis yang diatributkan kepadanya. Kelompok Marxis menyebutnya pengkhianat, sedangkan kalangan liberal menuduhnya teknokrat. Dedengkot konservatif memanggilnya anarkis sayap Kiri dan seorang profesor Amerika mengejeknya sebagai Crypto-Marxis.
Foucault lahir di Poitiers, Prancis pada 15 Oktober 1926. Keluarganya berasal dari kalangan medis, hingga orang tuanya menginginkan ia memilih profesi yang sama. Tetapi Foucault justru tertarik pada studi filsafat, sejarah, dan psikologi. Meski demikian pemikiran Foucault berkaitan erat dengan bidang medis, khususnya psikopatologi.
Pada 1946 ia menyelesaikan pendidikan di Ecole Normale Superiure. Menerima lisensi filsafat pada 1948 dan dua tahun kemudian memperoleh lisensi dalam bidang psikologi. Ia juga mendapat diploma dalam psikopatologi.
Karir akademisnya diawali dengan menjadi staf pengajar di Universitas Uppsala, Swedia untuk bidang sastra dan kebudayaan Prancis (1955-1958), juga menjadi dosen di berbagai universitas di Prancis. Sempat juga terjun ke dunia politik dan bergabung dengan Parai Komunis Prancis hingga 1951.
Sebagai seorang akademisi ia produktif melakukan penelitian dan menerbitkannya. Bukunya yang pertama berjudul Malaidie mentale et personnalitte (penyakit Mental dan Kepribadian) yang terbit pada 1954. Hasil penelitiannya yang ia kerjakan untuk disertasi kemudian diberi judul Historie de la folie al'age classique (kegilaan dan Ketaksadaran. Sejarah Kegilaan dalam Periode Klasik). Karya-karyanya yang lain adalah: Madness and Civilization, The Birth of the Clinic, Death and The Labyrinth, The Order of Things, The Archaeology of Knowledge, Discipline and Punish, The History of Sexuality.
Foucault meninggal dunia pada 25 Juni 1984 dalam usia 57 tahun karena penyakit AIDS yang dideritanya.
Tata Wacana Teori Post-Strukturalisme Michel Foucault
            Ada beberapa simpul inti pemikiran Foucault yang penting, yaitu wacana, diskontinuitas, kuasa-pengetahuan, dan episteme. Penggunaan terma wacana (discourse) dipopulerkan Foucault dan menjadi konsep penting dalam pemikirannya.  Aturan, sistem, dan prosedur disebutnya dengan “tata-wacana” yaitu keseluruhan wilayah konseptual di mana pengetahuan itu dikonstruksi (dibentuk dan dihasilkan). Wacana dalam pengertian ini adalah keseluruhan domain di mana bahasa dipakai dalam tata-cara tertentu.  Domain itu berakar dalam berbagai praktek kehidupan, lembaga, dan tindakan manusia.  Dalam arti paling luas, wacana berarti segala sesuatu yang ditulis, diucapkan, dikomunikasikan dengan tanda-tanda dan merupakan kumpulan pernyataan.  Karena itu, studi teks, sejarah, budaya dan klaim obyektivitas dan kebenaran harus ditunda, karena telah dipengaruhi oleh aturan, perbedaan makna, dan strategi yang sama dengan naratif lainnya.  Kini batas antara ‘fakta’ dan ‘fiksi’ semakin buram, karena perlu diperiksa secara ketat.
Genealogi Foucault
            Rasionalitas dianggap menghasilkan pengetahuan dan wacana kebenaran.  Namun Foucault mengingatkan, bahwa ketika sebuah wacana dilahirkan, wacana sebenarnya sudah dikontrol, diseleksi, diorganisasi, dan didistribusikan kembali menurut kemauan pembuatnya. Wacana itu dikonstruksikan berdasarkan tata-aturan (episteme) tertentu.  Untuk itu, kebenaran memiliki mata rantai dengan sistem kekuasaan.
            Foucault menyebut metodenya ‘genealogi’, sebagai bentuk penelusuran historis tentang terbentuknya atau terkonstruksinya berbagai macam pengetahuan, obyek pengetahuan dan wacana ilmiah.  Dalam melakukan penelusuran itu, ia tidak menemukan kontinuitas tetapi diskotinuitas atau keretakan (repture) sejarah, episteme, dan wacana.  Foucault mengatakan le langage ne dit pas exactement ce qu'il dit. yang artinya bahasa tidak mengatakan secara persis apa yang dia katakan. Justru karena bahasa tidak pernah eksak mewakili sebuah makna atau realitas, maka bahasa terbuka bagi sebuah pemaknaan tanpa batas. Genealogi adalah sejarah yang ditulis sesuai dengan komitmen terhadap masalah-masalah masa kini, dan ia akan menerobos masuk masa kini.

Pengetahuan dan Kekuasaan
            Foucault, melalui teori wacana, menolak pusat atau titik tolak pemikiran.  Kalau ‘pusat’ harus ada, maka pusat itu adalah bahasa atau teks.  Wacana paling bertanggung jawab dalam membentuk atau mencitrakan subyek dan obyek dalam epistemologi, khususnya pembentuk subyek. Wacana dalam ilmu dan praktek sosial adalah jaringan praktik pengetahuan dan kekuasaan.  Wacana menciptakan subyek ilmu-ilmu sosial dan obyek-obyeknya (penyakit, seksualitas, kegilaan dsb).  Foucault, dalam penelitiannya menunjukkan, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dikuasai oleh the will to power.
            Pemikiran Foucault tentang kekuasaan sangat penting, karena ia merelativisir segala sesuatu yang selama ini dianggap absolut.  Ia menempatkan kebenaran, rasio, pengetahuan, ilmu, wacana akademik, pengobatan, pendidikan, rumah sakit, manusia dan sebagainya dalam kerangka relasi dengan kekuasaan.  Kekuasaan menurutnya bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan relasi-relasi yang bekerja dalam ruang dan waktu tertentu.   Kekuasaan memproduksi kebenaran, karena kebenaran berada di dalam jaringan relasi-relasi sirkular dengan sistem kekuasaan yang memproduksi kebenaran dan menjaga kebenaran itu. Karena itu kebenaran tidak ada dengan sendirinya, dan tidak berada di luar kekuasaan, tetapi berada dalam kekuasaan itu.  Karena itu, kekuasaan adalah kebenaran.
            Foucault membahas kuasa dari segi mekanisme dan strategi kuasa.  Ia tidak berbicara tentang apa itu kuasa, tetapi bagaimana kuasa itu diperaktikkan, diterima dan dilihat sebagai kebenaran, serta bagaimana kuasa berfungsi dalam bidang tertentu.  Kuasa tidak hanya bekerja melalui intimidasi dan kekerasan, tetapi pertama-pertama melalui aturan-aturan dan normalisasi. Kuasa ternyata berkaitan erat dengan pengetahuan.  Tidak ada pengetahuan tanpa kuasa dan tidak ada pula kuasa tanpa pengetahuan.   Pelaksanaan kuasa itu, bagi Foucault, tidak mungkin tanpa ada wacana yang bersifat esensial dalam setiap kebudayaan dan masyarakat.
            Menurut Foucault, hakekat kekuasaan telah berubah. Kekuasaan tidak lagi berada di tangan satu orang atau lembaga, tetapi tersebar luas dalam masyarakat dan cenderung ter-sembunyi.  Perubahan itu disebabkan oleh berubahnya fondasi kekuasaan. Dahulu fondasi kekuasaan adalah kehendak, baik kehendak raja atau rakyat, maka kekuasaan didapat me-lalui kumpulan kehendak, kesepakatakan, perserikatan, dan partai politik.  Kini, kekuasaan tidak lahir dari kehendak, tetapi melalui pengetahuan.  Pengetahuan tidak netral, tetapi politis,  menunjang dan memberi kekuasaan.  Tujuan ilmu pengetahuan sosial adalah mengetahui dan mengendalikan tingkah laku manusia. Foucault memahami ilmu pengetahuan sosial sebagai alat penguasaan manusia atas manusia, artinya untuk mengendalikan dan mempengaruhi putusan (tubuh dan jiwa orang lain).  Tubuh dilihat sebagai mesin hidup sebagai sumber daya dan tenaga kerja yang perlu dikendalikan dan dimanfaatkan guna kemajuan.
            Salah satu metode pengendalian adalah melalui disiplin bekerja, normalisasi, dan regulasi.  Normalisasi adalah membuat norma dan aturan-aturan bagi tindakan, sedangkan regulasi menyusun aturan konkret yang harus diikuti.  Norma mengambil peran hukum, agar terwujud efektivitas dan produktivitas.  Tubuh dilihat memiliki fungsi ekonomi dan fungsi politis. Karena itu, dibuatkan peraturan dan disiplin untuk meningkatkan utilitas dan docilitas (kepatuhan dan ketertiban) bagi sikap dan tingkah-laku manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan, kata Foucault.  Kerapkali pengetahuan, kekuasaan, dan tenaga fisik bekerjasama.  Kuasa dan pengetahuan pertama-tama bekerja melalui bahasa.


BAB III
PEMBAHASAN
3.1.  Teori Post-Strukturalisme terhadap Perilaku K-Popers
Sejarah K-Popers
Pada tahun 1930-an, K-Pop pra modern pertama kali munculnya di tahun itu, disebabkan karena masuknya musik Jepang (J-Pop) yang ikut mempengaruhi unsur-unsur awal musik di Korea. Karena penjajahan Jepang, genre musik K-Pop tak bisa bekermbang dan hanya mengikuti budaya J-Pop pada saat itu.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an, musik pop Barat mulai masuk mempengaruhi dengan banyaknya pertunjukkan musik (diadakan oleh pangkalan militer Amerika Serikat di Korea Selatan). Pada awalnya musik K-pop terbagi dengan genre yang berbeda-beda. Yang pertama adalah genre “Oldies”, genre Oldies ini sedang ngetren nya di tahun 1960-an. Yang kedua adalah musik “Rock”, genre rock ini diperkenalkan oleh Cho Yong Pil di tahun 1970-an. Ada genre lain yang cukup digemari yaitu genre “Trot”, genre ini dipengaruhi dengan gaya musik enka dari Jepang.
Pada tahun 1990-an, musik K-Pop cenderung beraliran seperti genre dance dan Hip Hop. Debut pertama kali dalam penampilan Seo Taiji and Boys di tahun 1992, yang membuat awal musik K-Pop modern di Korea memberikan suasana dan warna baru dengan aliran musik Rap, Rock, dan Techno Amerika.
Musik K-Pop terus berkembang, hingga pada tahun 2000-an, mulai bermunculan para pendatang baru yang berbakat. Hingga kini, musik K-Pop terus berkembang hingga telah ke Asia Tenggara, bahkPan ke Internasional.
Analisis Teori Post-Strukturalisme terhadap Perilaku K-Popers
Perkembangan industri hiburan di Korea saat ini sudah sangat maju dan berkembang. Terbukti dari gelombang Korean Wave yang saat ini terus tersebar ke seluruh dunia. Akibatnya negara Korea semakin di kenal di dunia. Budaya, pakaian, makanan, dan apa saja tentang Korea cepat sekali menjadi trend yang sangat di gemari di dunia.
Drama Korea Yang Mendunia
Salah satu pengaruh penting dari Korean Wave adalah melalui Drama Korea. Jauh sebelum fashion dan musik, Drama Korea telah berhasil mengambil hati banyak orang di dunia. Drama Korea telah berhasi lebih dahulu mendunia baik di Asia maupun di Amerika. Di mulai dari para imigran Korea di berbagai belahan dunia yang biasa menonton drama Korea di televisi untuk membantu mereka untuk terhubung dengan budaya dan tradisinegara mereka sendiri.
Drama Korea banyak di buat dalam format film seri pendek yang sebagian besar ditayangkan hanya selama beberapa minggu. Drama Korea dalah kisah pendek yang orang dapat menonton selama dua sampai tiga jam saja dalam sehari.Gadis-gadis Korea yang tampil sebagai pemeran wanita di dalam drama Korea telah banyak mendapat pengakuan besar di dunia karena popularitas-nya melalui drama yang dibintanginya. Para artis televisi Korea adalah mereka para profesional berbakat yang mampu menampilkan potensi mereka untuk bermain dalam sejumlah tema dan kategori drama yang banyak digemari di dunia.
Drama televisi Korea banyak didasarkan pada cerita romantis, fakta sejarah yang menggambarkan kisah-kisah nyata dari masa lalu, thriller, drama keluarga, dan komedi, serta drama yang menggabungkan dari satu atau lebih kategori.Telah banyak aktor dan aktris Korea yang telah mampu menarik dan mengambil hati orang-orang di seluruh dunia. Dengan bakat yang baik serta penampilan yang menawan, para artis Korea telah mampu mengangkat perkembangan industri hiburan Korea, khususnya melalui drama dan film.
Perkembangan Industri hiburan Korea saat ini sedang membawa dirinya ke arah yang lebih bebas, dewasa dan berwawasan luas di mana orang-orang mengenali kemampuan dan bakat para seniman dan mendorong upaya mereka untuk masuk ke dalam bidang ini lebih dalam. Para artis, musisi, model, dan seniman televisi Korea saat ini sedang saling berlomba-lomba untuk mendapat pengakuan dunia.
Industri hiburan Korea dengan strategi pemasaran yang baik membuat namanya semakin melejit. Kapitalisme ikut turut serta dalam permainan dinamika industri hiburan Korea. Semakin melejitnya nama industri hiburan Korea membuat wacana yang beredar semakin luas di tengah masyarakat mengenai artis korea yang memiliki penampilan khas berupa fashion dalam berpakaian dan gaya dandanannya.
Dari banyaknya wacana yang beredar mengenai artis Korea, masyarakat di dunia mulai banyak terhegemoni. Kapitalisme industri hiburan Korea kembali berperan dengan menjadikan mereka yang menyukai K-Pop (K-Popers) melakukan berbagai hal demi idolanya. Fanatisme berlebih mulai tumbuh sebagai pengaruh hegemoni yang ada. Hal tersebut dapat terlihat dari sikap berlebihan yang ditunjukkan para K-Popers agar mendapatkan perhatian dari idolanya, karena kefanatisanya terhadap sang idola mereka mau melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri seperti mensilet tangannya dengan tulisan nama idolanya demi mendapat perhatian dari idolanya, hingga tindakan bunuh diri karena mereka merasa kecewa ketika sang idola terkena masalah atau gagal konser.
Kasus Fanatisme Para K-Popers




Daftar pustaka

Isharyanto.2012 Pertumbuhan Industri Hiburan.http://id.wikipedia.org/wiki/K-pop

 

foucult,M.(2000).”The subject and power”, in foucult,M.(ed.)power.essential works of foucult1956-1984,vol.3.london:penguin books.pp.326
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Lakarta : Kencana. Hal 610-628, Ide Michel Foucault