ANALISIS GENDER DAN KETIDAKADILAN
Mengapa
pengungkapan masalah perempuan dengan menggunakan analisis gender sering
menghadapi perlawanan baik dari laki-laki maupun dari perempuan itu sendiri ??
Jawabanya karena :
- Mempertanyakan status perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan
- Banyak terjadi kesalahpahaman tentang mengapa masalah perempuan harus dipertanyakan
- Dengan mendiskusikan soal gender pada dasarnya berarti membahas hubungan kekuasaan yang sifatnya sangat pribadi
- Gender merupakan kata dan konsep asing sehingga usaha menguraikan konsep gender dalam konteks Indonesia sangatlah rumit dilakukan.
Untuk memahami
konsep gender, harus dibedakan kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin.
Pengertian jenis
kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan
konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikontruksi secara sosial kultural.
Terbentuknya
perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya : dibentuk,
disosialisasikan, diperkuat bahkan dikontruksi secara sosial kultural melalui
ajaran keagamaan maupun negara. Perbedaan gender
sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan
gender. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik
laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.
Ketidakadilan
gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni :
- Marginalisasi ( proses pemiskinan ekonomi )
- Subordinasi ( anggapan tidak penting )
- Pembentukan Stereotipe ( pelabelan negatif )
- Kekerasan ( Violence )
- Beban kerja lebih panjang dan banyak ( Burden )
- Sosialisasi ideologi nilai peran gender
Diskursus Pembangunan dan Nasib Kaum Perempuan
Hampir semua teori
ilmu sosial tentang pembangunan yang sangat berpengaruh terhadap berjuta-juta
umat manusia telah dikembangkan tanpa mempertimbangkan masalah gender.
Akibatnya pembangunan yang semboyannya untuk mensejahterakan dan menjawab
tantngan kemiskinan dan keterbelakangan bangsa-bangsa Dunia Ketiga tersebut justru telah mengakibatkan
keterbelakangan kaum perempuan.
Tanpa analisis
gender, diskursus pembangunan telah gagal menjawab kebutuhan strategis kaum
perempuan, yakni suatu proses jangka panjang untuk mentransformasikan baik
keyakinan dan ideologi ketidakadilan gender maupun struktur kekuasaan yang
tidak adil yang dibangun berlandaskan keyakinan dan ideologi gender.
Arkeologi
Developmentalism : Sebuah Pandangan Kritis
Ideologi dan teori
modernisasi dan pembangunan yang kini menjadi arus utama teori dan praktik
perubahan sosial itu, justru menciptakan berbagai ketidakadilan dan
melanggengkan struktur ekonomi yang tidak adil dan ketergantungan, menguatkan
proses dominasi kultur dan pengetahuan, memperkokoh penindasan politik, hingga
mempercepat perusakan lingkungan. Salah satu akibatbyang relevan untuk
dibicarakan adalah modernisasi telah melanggengkan pendominasian terhadap
perempuan.
WID dan Developmentalism
Gagasan Women In
Development ( WID ) dianggap satu-satunya jalan guna memperbaikai nasib
berjuta-juta perempuan di negara Dunia Ketiga. Namun konsep WID sendiri oleh
berbagai aliran feminis dianggap memnawa bias feminis liberal, yang dianggap tidak
memiliki kepentingan pembebasan kaum perempuan.
WID, yang merupakan
strategi arus utama developmentalism, lebih menghasilkan penjinakan dan
pengekangan perempuan Dunia Ketiga, ketimbang membebaskanya.
Agenda utama
program WID adalah bagaiman melibatkan perempuan dalam kegiatan pembangunan.
Asumsinya, penyebab keterbelakangan perempuan adalah karena mereka tidak
berpartisipasi dalam pembangunan.
Jika WID bertujuan
memroses persamaan kaum laki-laki dan perempuan, maka transformasi gender
merupakan gerakan pembebasan perempuan dan laki-laki dari sistem dan struktur
yang tidak adil.
Transformasi gender
merupakan upaya pembebasan dari segala bentuk penindasan, baik struktural
maupun personal, kelas, warna kulit, dan ekonomi internasional.
Tujuan gerakan transformasi
gender tidak sekedar memperbaiki status perempuan yang indikatornya merupakan
norma laki-laki, melainkan memperjuangkan martabat dan kekuatan perempuan.
Trnsformasi gender
menolak integrasi perempuan kedalam developmetalism. Karena tujuan pengintegrasian
perempuan tidak memberikan pilihan dan suara untuk mempertahankan kehidupan
macam apa yang diidamkan oleh perempuan, berbagi kekuasaan.
ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN TRANSFORMASI PEREMPUAN
Gender sebagai alat
analisis umumnya dipakai oleh penganut aliran ilmu sosial kinflik yang justru
memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural dan sistem yang disebabkan
oleh gender.
Yang menjadi
masalah dan perlu digugat oleh analisis oleh mereka yang menggunakan analisis
gender adalah struktur “ketidakadilan”
yang ditimbulkan oleh peran dan perbedaan gender.
Feminisme merupakan
gerakan yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada
dasarnya ditindas dan dieksploitasi , serta harus ada upaya mengakhiri
penendasan dan pengeksploiktasian tersebut.
Paradigma Fungsionalisme dalam Feminisme
Teori ini menolak
setiap usaha yang akan menggoncang status quo, termasuk yang berkenaan dengan
hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Pengaruh
Fungsionalisme dapat ditemui dalam pemikiran Feminisme Liberal , dimana
kerangka kerjanya tertuju pada
“kesempatan yang sama dan hak yang sama” bagi setiap individu, termasuk
didalamnya kesempatan dan hak perempuan.
Paradigma Konflik dalam Feminisme
Kelompok pertama
penganut teori konflik adalah Feminisme Radikal. Dalam melakukan
analisis tentang penyebab penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki, mereka
menganggap berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi
patriarkinya.
Kelompok kedua
penganut teori konflik adalah Feminisme Marxis , bagi mereka
penindasan perempuan adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan
produksi. Penindasan perempuan merupakan kelanjutan dari sistem eksploitatif
yang bersifat struktural.
Penganut aliran
konflik ketiga adalah Feminisme Sosialis. Baginya penindasan perempuan
terjadi dikelas manapun, dan bisa melahirkan kesadaran revolusi.
v Tanpa analisis gender, gerakan feminisme akan mengalami
kesulitan untuk melihat sistem dan struktur, akibatnya hanya tertuju pada
perempuan saja.
v Tanpa analisis gender, gerakan feminisme akan menjadi
reduksionisme, dimana lebih memusatkan perhatian pada perempuan dan akan
mengabaikan faktor sistem dan struktur.
Gerakan feminis
merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang
tidak adil, menuju ke sistem yang adil bagi perempuan maupun laki-laki.
Anatomi Gerakan Kaum Perempuan
Ada gejala umum
yang melanda kaum feminis. Kaum perempuan harus dididik agar mampu bersaing
dalam gelanggang merebut kesempatan untuk memasuki prinsip-prinsip
maskulinitas.
Arah Gerakan
Feminisme
Gerakan feminisme
perlu melanjutkan secara ideologi dan kultural dengan melakukan beberapa hal
yakni melakukan identifikasi apa dan bagaimana watak ideologi Maskulinitas.
jossss
BalasHapus