Daftar Blog Saya

Kamis, 08 Maret 2012

REVIEW ANALISIS GENDER DAN TRANSFORMASI SOSIAL (Oleh : DR. Mansour Fakih)

ANALISIS GENDER DAN KETIDAKADILAN
 
Mengapa pengungkapan masalah perempuan dengan menggunakan analisis gender sering menghadapi perlawanan baik dari laki-laki maupun dari perempuan itu sendiri ??
Jawabanya karena :
  1. Mempertanyakan status perempuan pada dasarnya adalah mempersoalkan sistem dan struktur yang telah mapan
  2. Banyak terjadi kesalahpahaman tentang mengapa masalah perempuan harus dipertanyakan
  3. Dengan mendiskusikan soal gender pada dasarnya berarti membahas hubungan kekuasaan yang sifatnya sangat pribadi
  4. Gender merupakan kata dan konsep asing sehingga usaha menguraikan konsep gender dalam konteks Indonesia sangatlah rumit dilakukan.
Untuk memahami konsep gender, harus dibedakan kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin.
Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Sedangkan konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial kultural.
Terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya : dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikontruksi secara sosial kultural melalui ajaran keagamaan maupun negara. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.
Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni :
  1. Marginalisasi ( proses pemiskinan ekonomi )
  2. Subordinasi ( anggapan tidak penting )
  3. Pembentukan Stereotipe ( pelabelan negatif )
  4. Kekerasan ( Violence )
  5. Beban kerja lebih panjang dan banyak ( Burden )
  6. Sosialisasi ideologi nilai peran gender
Diskursus Pembangunan dan Nasib Kaum Perempuan
Hampir semua teori ilmu sosial tentang pembangunan yang sangat berpengaruh terhadap berjuta-juta umat manusia telah dikembangkan tanpa mempertimbangkan masalah gender. Akibatnya pembangunan yang semboyannya untuk mensejahterakan dan menjawab tantngan kemiskinan dan keterbelakangan bangsa-bangsa Dunia Ketiga  tersebut justru telah mengakibatkan keterbelakangan kaum perempuan.
Tanpa analisis gender, diskursus pembangunan telah gagal menjawab kebutuhan strategis kaum perempuan, yakni suatu proses jangka panjang untuk mentransformasikan baik keyakinan dan ideologi ketidakadilan gender maupun struktur kekuasaan yang tidak adil yang dibangun berlandaskan keyakinan dan ideologi gender.

Arkeologi Developmentalism : Sebuah Pandangan Kritis
Ideologi dan teori modernisasi dan pembangunan yang kini menjadi arus utama teori dan praktik perubahan sosial itu, justru menciptakan berbagai ketidakadilan dan melanggengkan struktur ekonomi yang tidak adil dan ketergantungan, menguatkan proses dominasi kultur dan pengetahuan, memperkokoh penindasan politik, hingga mempercepat perusakan lingkungan. Salah satu akibatbyang relevan untuk dibicarakan adalah modernisasi telah melanggengkan pendominasian terhadap perempuan.

WID dan Developmentalism
Gagasan Women In Development ( WID ) dianggap satu-satunya jalan guna memperbaikai nasib berjuta-juta perempuan di negara Dunia Ketiga. Namun konsep WID sendiri oleh berbagai aliran feminis dianggap memnawa bias feminis liberal, yang dianggap tidak memiliki kepentingan pembebasan kaum perempuan.
WID, yang merupakan strategi arus utama developmentalism, lebih menghasilkan penjinakan dan pengekangan perempuan Dunia Ketiga, ketimbang membebaskanya.
Agenda utama program WID adalah bagaiman melibatkan perempuan dalam kegiatan pembangunan. Asumsinya, penyebab keterbelakangan perempuan adalah karena mereka tidak berpartisipasi dalam pembangunan.
Jika WID bertujuan memroses persamaan kaum laki-laki dan perempuan, maka transformasi gender merupakan gerakan pembebasan perempuan dan laki-laki dari sistem dan struktur yang tidak adil.
Transformasi gender merupakan upaya pembebasan dari segala bentuk penindasan, baik struktural maupun personal, kelas, warna kulit, dan ekonomi internasional.
Tujuan gerakan transformasi gender tidak sekedar memperbaiki status perempuan yang indikatornya merupakan norma laki-laki, melainkan memperjuangkan martabat dan kekuatan perempuan.
Trnsformasi gender menolak integrasi perempuan kedalam developmetalism. Karena tujuan pengintegrasian perempuan tidak memberikan pilihan dan suara untuk mempertahankan kehidupan macam apa yang diidamkan oleh perempuan, berbagi kekuasaan.

ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN TRANSFORMASI PEREMPUAN

Gender sebagai alat analisis umumnya dipakai oleh penganut aliran ilmu sosial kinflik yang justru memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural dan sistem yang disebabkan oleh gender.
Yang menjadi masalah dan perlu digugat oleh analisis oleh mereka yang menggunakan analisis gender adalah struktur  “ketidakadilan” yang ditimbulkan oleh peran dan perbedaan gender.
Feminisme merupakan gerakan yang berangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi , serta harus ada upaya mengakhiri penendasan dan pengeksploiktasian tersebut.

Paradigma Fungsionalisme dalam Feminisme
Teori ini menolak setiap usaha yang akan menggoncang status quo, termasuk yang berkenaan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat.
Pengaruh Fungsionalisme dapat ditemui dalam pemikiran Feminisme Liberal , dimana kerangka kerjanya tertuju pada  “kesempatan yang sama dan hak yang sama” bagi setiap individu, termasuk didalamnya kesempatan dan hak perempuan.

Paradigma Konflik dalam Feminisme
Kelompok pertama penganut teori konflik adalah Feminisme Radikal. Dalam melakukan analisis tentang penyebab penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki, mereka menganggap berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriarkinya.
Kelompok kedua penganut teori konflik adalah Feminisme Marxis , bagi mereka penindasan perempuan adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi. Penindasan perempuan merupakan kelanjutan dari sistem eksploitatif yang bersifat struktural.
Penganut aliran konflik ketiga adalah Feminisme Sosialis. Baginya penindasan perempuan terjadi dikelas manapun, dan bisa melahirkan kesadaran revolusi.
v  Tanpa analisis gender, gerakan feminisme akan mengalami kesulitan untuk melihat sistem dan struktur, akibatnya hanya tertuju pada perempuan saja.
v  Tanpa analisis gender, gerakan feminisme akan menjadi reduksionisme, dimana lebih memusatkan perhatian pada perempuan dan akan mengabaikan faktor sistem dan struktur.
Gerakan feminis merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju ke sistem yang adil bagi perempuan maupun laki-laki.

Anatomi Gerakan Kaum Perempuan                                          
Ada gejala umum yang melanda kaum feminis. Kaum perempuan harus dididik agar mampu bersaing dalam gelanggang merebut kesempatan untuk memasuki prinsip-prinsip maskulinitas.

Arah Gerakan Feminisme
Gerakan feminisme perlu melanjutkan secara ideologi dan kultural dengan melakukan beberapa hal yakni melakukan identifikasi apa dan bagaimana watak ideologi Maskulinitas.